Pasar tradisional dikenal dengan lingkungan kumuh dan kotor. Namun, produk yang dijual jauh lebih fresh dan segar. Dan harganya lebih rendah dibanding pasar modern.

Berbagai kelebihan inilah yang terus dipoles pemerintah dalam mempertahankan jenis pasar ini. Ke depan, sistem yang akan diterapkan juga kian modern. Berikut bincang-bincang dengan Kepala Disperindag Kabupaten Mojokert Bambang Purwanto.

Apa langkah Disperindag dalam mempertahan pasar tradisional?

Banyak yang sudah kami lakukan. Bahkan, sejak beberapa tahun terakhir, kita fokus ke infrastruktur. Pemerintah tidak ingin melihat kondisi pasar yang kumuh, kotor, dan memprihatinkan. Kami ingin lebih higienis.

Fasilitas apa yang dibangun di infrastruktur baru itu?

Pasar tradisional sudah menyediakan suasana yang ramah lingkungan. Sirkulasi udara yang baik dan lingkungan yang bersahabat bagi siapapun. Bahkan, untuk ibu menyusui saja, kita sudah menyiapkan ruang menyusui.

Selain fasilitas, perubahan apalagi yang akan dilakukan?

Di tahun 2019, pasar-pasar besar sudah rampung. Semisal, Pasar Dinoyo, Jatirejo, dan Kedungmaling. Sedangkan, pasar-pasar dengan jumlah pedagang yang tak begitu banyak, yang akan kita garap.

Bagaimana dengan Pasar Legi dan Niaga di Mojosari?

Memang, dua pasar itu termasuk pasar besar. Karena, jumlah pedagangnya sudah di atas dua ribu orang, dan luasannya mencapai tiga hektare. Tetapi, untuk menyelesaikan Pasar Legi, dibutuhkan investor luar. Perkiraan biaya tembus Rp 200 miliar. Sekarang masih dalam proses komunikasi, dan mengkaji model kerja sama nanti seperti apa. Kami memperkirakan, pembangunan baru bisa start tahun 2020.

Bagaimana dengan pasar Niaga?

Kami masih mengajukan ke BPN (Badan Pertanahan Nasional) untuk proses pengukuran. Kalau sudah selesai, baru kami akan merencanakan proses pembangunan di atas tanah satu hektare itu.

Apakah ada sistem pengelolaan yang berbeda?

Saat ini, kami sedang mengkonsep program e-retribusi. Pengelolaan retribusi nantinya akan dibayar melalui online. Pedagang bisa langsung melakukan pembayaran melalui perbankan.

Progres terakhir pengembangan sistem itu?

Kita kerja sama dengan bank. Dan saat ini sedang memproses pembuatan rekening masing-masing pedagang. Dengan sistem ini, juga akan terjadi efisiensi. Karena pegawai yang semula bertugas menarik retribusi, sekarang sudah ditangani langsung oleh pegawai bank.

Manfaat dari sistem ini untuk daerah?

Dengan menerapkan sistem ini, kita akan mengetahui sejauh mana potensi retribusi di pasar selama ini. Per meter dan per kelas sudah ditentukan melalui aturan. Semisal, saat ini pembayaran retribusi sudah diatur senilai Rp 350 per meter per hari.

Sistem lain yang bisa dirasakan pedagang dan masyarakat?

Di era modern seperti ini, kami akan memanfaatkan teknologi. Kami akan menyediakan marketplace. Barang-barang yang dijual para pedagang akan difasilitasi. Sehingga, masyrakat bisa membeli barang secara online maupun offline. Dan yang paling menarik, pedagang juga akan melayani delivery order. (*/tim)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here